Pendahuluan
Hijauan yang paling baik untuk pakan sapi sebenarnya adalah rumput segar. Penyediaan rumput tidak akan dapat terus menerus tersedia dan terbatas jumlahnya dengan adanya 2 iklim atau musim di Indonesia. Selain itu produksi rumput menjadi lebih terbatas karena pertrambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman dan produksi tanaman pangan. Oleh karena itu apabila persediaan itu tidak ada maka pemberian pakan hijauan dapat diganti dengan daun-daunan, jerami rumput kering (hay), daun gamal, daun kaliandra, daun ketela, pucuk tebu, jerami padi dan sebagainya.
Pemberian daun-daunan pada sapi jumlahnya terbatas hanya menggantikan sebagian dari keseluruhan jumlah rumput yang diberikan, karena daun pohon kacang-kacangan mengandung zat yang sedikit membahayakan bagi sapi.
Salah satu pilihan bahan pakan utama untuk menggantikan rumput secara keseluruhan adalah jerami. Mengingat jerami tidak mengandung zat yang membahayakan bagi sapi dan jumlahnya makin banyak dengan meningkatnya lahan yang digunakan untuk pertanian. Walaupun jerami tidak membahayakan bagi sapi namun kualitas jerami sebagai bahan hijauan pengganti rumput masih tinggi (33,02%). Kandunagan serat kasar tinggi terutama lignin dan silikit (12-16)% serta kandungan proteinnya rendah, dapat menyebabkan rendahnya daya cerna jerami yaitu berkisar antara 30-40%. Menurut beberapa peneliti mengatan bahwa bahan pakan berkulitas baik apabila daya cernanya lebih dari 70%. Untuk hidup sehari-hari sapi paling sedikit membutuhkan pakan dengan daya cerna 50-55% dan protein 8%. Oleh karena itu dilakukan budidaya untuk meningkatkan kualitas jerami dengan salah satu cara kimia yaitu aminiasi. Persedian jerami sebagai pakan akan melimpah saat panen sehingga ada kecenderungan untuk disimpan sebagai cadangan pakan. Kebiasaan yang sering dilakukan adala menyimpan jerami setelah dikeringkan dengan penjemuran, menurut peneli, pakan yang dikeringkan akan terjadi kerusakan zat-zat yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jerami yang dikeringkan dengan penjemuran dapat menurunkan kualitas pakan, untuk itu perlu dilakukan perlakuan fermentasi dengan amoniasi.
Pemberian daun-daunan pada sapi jumlahnya terbatas hanya menggantikan sebagian dari keseluruhan jumlah rumput yang diberikan, karena daun pohon kacang-kacangan mengandung zat yang sedikit membahayakan bagi sapi.
Salah satu pilihan bahan pakan utama untuk menggantikan rumput secara keseluruhan adalah jerami. Mengingat jerami tidak mengandung zat yang membahayakan bagi sapi dan jumlahnya makin banyak dengan meningkatnya lahan yang digunakan untuk pertanian. Walaupun jerami tidak membahayakan bagi sapi namun kualitas jerami sebagai bahan hijauan pengganti rumput masih tinggi (33,02%). Kandunagan serat kasar tinggi terutama lignin dan silikit (12-16)% serta kandungan proteinnya rendah, dapat menyebabkan rendahnya daya cerna jerami yaitu berkisar antara 30-40%. Menurut beberapa peneliti mengatan bahwa bahan pakan berkulitas baik apabila daya cernanya lebih dari 70%. Untuk hidup sehari-hari sapi paling sedikit membutuhkan pakan dengan daya cerna 50-55% dan protein 8%. Oleh karena itu dilakukan budidaya untuk meningkatkan kualitas jerami dengan salah satu cara kimia yaitu aminiasi. Persedian jerami sebagai pakan akan melimpah saat panen sehingga ada kecenderungan untuk disimpan sebagai cadangan pakan. Kebiasaan yang sering dilakukan adala menyimpan jerami setelah dikeringkan dengan penjemuran, menurut peneli, pakan yang dikeringkan akan terjadi kerusakan zat-zat yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jerami yang dikeringkan dengan penjemuran dapat menurunkan kualitas pakan, untuk itu perlu dilakukan perlakuan fermentasi dengan amoniasi.
Jerami
Kualitas jerami padi sangat rendah jika dilihat dari kandungan protein dan serat kasarnya. Menurut analisis laboratorium berdasarkan bahan kering keseluhan jerami, kandungan protein 3-4%; serat kasar 29-33%; lemak 1,20%; abu 25,06%; BETN 37% dan energi bruto 3539,48 Kcal/kg. kualitas jerami padi dipengaruhi 4 faktor antar lain :
-
Fraksi dari tanaman padi (ruas, pelepah,daun) -
Lingkungan (cahaya, temperatur, air tanah dan pupuk) -
Saat panen dan penyimpanan -
Varietas padi
Berdasarkan fraksi dari tananman daun mempunyai kandungan protein lebih tinggi dan serat kasar lebih rendah dari ruas dan pelepah. Faktor lingkungan seperti tanah yang subur dengan temperatur yang sesuai menghasilkan kualitas jerami yang baik. Panaen dan penyimpana yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan kualitas jerami. Kualitas yang rendah semakin menghambat pemanfaatan jerami padi secara luas sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kandungan proteinnya rendah, serat kasar tinggi dan mineralnya yang tidak serasi sehingga konsumsi dan daya cerna akan rendah.
Amoniasi jerami PADI
Amoniasi adalah salah satu perlakuan penambahan bahan kimia pada pakan yang berserat tinggi. Pada amoniasi bahan kimia yang digunakan adalah amonia atau urea. Sedangkan apabila bahan kimia lain seperti Natrium Hidroksida (NaOH), Kalsium Hidroksida (CaOH), Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam Klotida (HCl) yang ditambahkan pada bahan pakan maka disebut dengan proses hidrolisis. Kesemuanya penambahan bahan kimia tersebut di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas jerami dengan cara melepaskan ikatan lignin yang sulit dicerna sapi.
Pemakaian bahan kimia seperti Natrium Hidroksida (NaOH), Kalsium Hidroksida (CaOH), Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam Klotida (HCl) untuk meningkatkan kualitas jerami sekarang jarang disenangi karena harganya cukup mahal, sulit mendapatkanya dan menimbulkan polusi tanah lewat buangan sisa bahan kimia. Bahan kimia seperti ure lebih disukai karena banyak tersedia sampai di pedesaan. Penggunaan urea dengan takaran tepat, cukup air, temperatur sesuai dan masa inkubasi yang cukup akan meningkatkan daya cerna jerami padi di dalam pencernaan sapi sampaim10% atu lebih. Konsentarasi urea yang digunakan untuk amoniasi berkisa 4-8%, yang berarti 4-8 kg dalam 100 kg atau 40-80 gram dalam 1 kg jerami padi kering. Pemberian urea lebih dari 4% dapat meningkatkan daya cerna dan konsumsi bahan kering jerami padi, tetapi dianjurkan pemakaian urea hanya sebesar 4% karena lebih aman dan ekonomis. Mengingat bahwa pemakain urea yang berlebihan dalam pakan menyebabkan keracunan pada ternak.
Jumlah air yang digunakan pada amoniasi dengan urea biasanya berbanding sama dengan jumlah jerami padi (1:1) yang berarti apabila digunakan 1 kg jerami berarti air yang digunakan juga 1 kg. Pemberian air yang melebihi dari jumlah jerami menyebabkan hasil yang kurang memuaskan.
Lama pemeraman atau penyimpanan pada amoniasi berkisar antara 1-6 minggu. Hasil amoniasi jerami padi paling baik apabila disimpan lebih dari 1 minggu. Penyimpanan selama 6 minggu menghasilkan daya cerna lebih baik dibandingkan penyimpanan 1 minggu. Lama penyimpanan tergantung juga dengan temperatur yang ada. Temperatur yang rendah membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan temperatur tinggi. Pada temperatur 30oC memerlukan waktu penyimpanan 1 minggu sedangkan temperatur di bawah 30oC memerlukan waktu 4-6 minggu.
Jerami yang digunakan sebaiknya tidak terlalu kering, tetapi kering sebagian (70%). Jerami yang kering sebagian dapat diketahui dengan cara meremas jerami yang akan diamoniasi. Apabila jerami tetap mengempal berarti kurang kering, apabila kembali seperti semula dalam waktu yang tidak terlalu lama berarti jerami siap untuk diamoniasi. Sedangkan jerami setelah dikepal cepat kembali dan patah berarti terlalu kering.
Hasil amoniasi yang baik apabila terjadi perubahan dari jerami padi yang agak keras menjadi lunak dan warna jerami padi kuning kecoklatan menjadi coklat tua.
Pemberian pada ternak sapi sebaiknya diangin-anginkan lebih dahulu sampai bau amoniaknya hilang. Jumlah yang diberikan sama seperti pemberian hay atau jerami kering. Pemberian jerami yang sudah diamoniasi dengan urea 6% pada sapi dapat meningkatkan konsumsi, daya cerna, berat badan dibandingkan dengan pemberian jerami tanpa amoniasi.
Silase jerami PADI
Silase adalah pengawetan hijauan pakan di dalam statu silo dengan suasana anaerob, proses yang terjadi di dalam silo adalah fermentasi. Silo adalah tempat untuk membuat silase yang berbentuk menara diatas tanah atau lubang di bawah tanah.
Silase biasanya digunakan untuk menyimpan rumput segar yang produksinya berlebihan agar kualitasnya tetap baik. Namur tidak menutup kemungkinan bahwa jerami padi yang masih hijau segar yang diperoleh langsung setelah panen dapat diawetkan dengan cara silase. Walaupun hasil silase jerami segar tidak dapt meningkatkan kandungan protein ataupun daya cernanya, tetapi kualitas jerami hasil silase sama baiknya dengan jerami segar yang pasti lebih baik dari jerami kering.
Hasil pengawetan dengan silase dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain bahan pakan yang akan disilase dan bahan tambahan untuk meningkatkan terjadinya fermentasi pada silase. Bahan yang akan disilase sebaiknya mempunyai kandungan air 65-75%. Untuk mendapatkan kandungan air 65-75%, jerami batang jagung sebaiknya dianginkan selama 1 hari. Sedangkan untuk jerami padi sebaiknya langsung setelah panen. Bahan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan fermentasi adalah karbohidrat yang mudah larut sebagai sumber energi mikroba, contohnya dedak, empok, tetes, sedangkan urea selain sebagai sumber energi mikroba di dalam proses silase juga untuk meningkatkan kandungan protein dan daya cerna hasil silase.
Jerami hasil silase dapat digunakan pada sapi sebagai pengganti rumput sebagian saja atau secara keseluruhan. Sebaiknya pengambilan hasil silase dibuka dan diambil sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan sapi setiap hari. Sebelum diberikan pada ternak, silase jerami harus diangin-anginkan terlebih dahulu. Sapi yang belum terbiasa dengan pakan silase sebaiknya pemberianya secara bertahap sedikit demi sedikit dan dicampur dengan rumput. Setelah sapi terbiasa baru dapat diberikan tanpa dicampur dengan rumput.
1 komentar:
WAHHH,,, BOLEH TUH JAVA SCRIPNYAA... KIRIMIN DUNK K EMAIL GW
Posting Komentar